Cerita Dewasa Bersambung – Tanpa sengaja malam itu aku mendengar pertengkaran Mamaku dan Papa tiriku tentang aborsi yang dilakukan Mama sebelum menikah dengannya. Rupanya Papa menemukan adanya hasil USG kandungan mama yang entah kenapa masih Mama simpan saja sehingga akhirnya ketahuan oleh Papa. Kalau mendengar tahun kejadiannya yang dibaca oleh Papa dari hasil USG itu adalah sekitar tahun 2000. Hal itu berarti terjadi pada waktu Mama baru setahunan mejadi janda dan aku masih duduk di kelas 6 SD, tentu saja belum mengenal Papa tiriku yang sekarang.
Walaupun Mama akhirnya bisa meyakinkan Papa bawah peristiwanya itu terjadi jauh sebelum mereka berkenalan, tetapi aku menjadi penasaran siapa laki-laki yang telah menghamili Mamaku dan mengapa Mama menyimpan hasil USGnya sampai sekarang. Kenapa Mama sama sekali tidak menceritakan mengenai laki-laki ini padaku, padahal biasanya Mama selalu cerita mengenai teman-teman lelakinya padaku karena bagi Mama siapapun nanti menjadi suaminya harus bisa menjadi Papa tiri yang aku sukai. Walaupun Mama tidak menceritakan sejauh apa hubungannya dengan tiap teman lelakinya, tetapi aku yakin bukan mereka yang menghamili Mamaku.
Apakah Mamaku pernah jadi selingkuhan laki-laki lain yang sudah berkeluarga ?
Pertanyaan itulah yang kemudian muncul di kepalaku karena hanya itulah yang bisa menjelaskan kenapa Mama tidak bisa menceritakan kepadaku tentang laki-laki tersebut.
Namaku Karin, umurku saat itu adalah 23 tahun dan sedang menyelesaikan pendidikanku di fakultas kedokteran universitas negeri ternama di Jakarta. Sampai SMA aku menyelesaikannya di Bandung dan baru pindah ke Jakarta setelah Mamaku menikah lagi dengan seorang dokter asal Jakarta yang sekarang menjadi Papa tiriku. Mamaku sendiri seorang dokter spesialis mata asal Bandung sedangkan Ayah kandungku juga seorang dokter Ahli Penyakit Dalam dari Bandung juga.
Mamaku bukan tipe orang yang punya pergaulan bebas, dia hanya punya sedikit teman dekat yang umumnya berasal dari lingkungan sekolahnya sejak SD sampai di bangku kuliah. Tetapi memang teman-teman dekatnya yang paling banyak dan paling sering bergaul dengan Mama adalah teman-teman SMAnya. Sepengetahuanku semua teman SMA Mama itu sudah berkeluarga karena sering kali dalam beberapa acara aku dibawa Mama untuk bertemu keluarga mereka. Dari sini aku mulai mengecilkan pilihanku pada tahun di mana kejadian yang dipermasalahkan oleh Papa tiriku itu, terutama dengan siapa saja Mamaku suka pergi.
Akhirnya kecurigaanku mengerucut hanya pada satu orang saja, yaitu Oom Yanto, seorang teman Mama yang memang sudah akrab bukan hanya dengan Mama tapi juga dengan keluarga besar Mamaku sejak mereka sama-sama di bangku SMA. Oom Yanto menikahi teman SMAnya yang juga merupakan teman dekat Mama, bahkan anak-anak merekapun cukup aku kenal. Salah satu alasanku mencurigai Oom Yanto karena aku ingat bahwa Oom Yanto lah yang paling sering menjemput dan mengantar Mama kalau ada kegiatan dengan teman-temannya Mama. Bahkan kadang-kadang Mama pamit keluar kota untuk urusan dinas beberapa hari tapi yang menjemput dan mengantar pulangnya adalah Oom Yanto.
Oom Yanto memang sosok laki-laki idaman hampir semua wanita dewasa karena selain sukses sebagai pengusaha, juga mempunyai kepribadian yang sangat menarik dan tentu saja wajahnya yang lumayan dengan badan yang tinggi besar. Tangan dan kaki Oom Yanto dipenuhi bulu dan muka yang ditumbuhi kumis dan jenggot hingga terlihat seksi bagi sebagian wanita. Dia merupakan pria yang ramah, mudah tertawa dan selalu bisa membawa suasana menjadi lebih cair serta menyenangkan.
Aku makin penasaran ingin memastikan apakah memang Mamaku dihamili oleh Oom Yanto ini atau laki-laki lain. Hal ini menjadi sangat penting bagiku karena akan mempengaruhi persepsi tentang Mamaku selama ini. Tapi bagaimana caranya ? Pikiran ini lama-lama menjadi obsesi yang sangat mengganggu konsentrasiku sehingga beberapa kuliahku nilainya menjadi tidak memuaskan. Aku tidak berani bertanya langsung kepada Mamaku karena kalau dia berbohong dengan jawabannya maka akan merusak hubungan kami selamanya.
Akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Oom Yanto lewat akun fesbuknya dulu sebagai komunikasi awalku. Tidak terlalu sulit mencarinya karena akun Oom Yanto memang tercantum dalam akun anak-anaknya yang sudah menjadi teman fesbukku. Dengan hati-hati aku mulai menyusun langkah-langkah untuk melakukan penyelidikanku, aku tidak mau salah langkah karena akan merusak suatu hubungan silahturahmi yang sudah sangat lama terjalin antara dua keluarga besar.

Pertama kali aku coba meng-add Oom Yanto sebagai teman, kalau ini berhasil maka akan memudahkan langkah selanjutnya. Tetapi kalau tidak berhasil maka aku harus mencari jalan yang lebih sulit. Rupanya Oom Yanto mengenaliku sehingga dia langsung meng-approve requestku. Sebagai pembukaan aku mulai mengiriminya message berbasa-basi yang ternyata juga mendapat tanggapan positif walaupun kadang-kadang jawabannya agak lama karena kesibukkannya.
Setelah komunikasi mulai terbuka aku mulai maju ke langkah kedua yaitu mencoba mencari tahu bagaimana hubungan pertemanan Oom Yanto dan Mamaku pada saat 10 tahunan yang lalu dan sekarang. Dari jawaban-jawaban Oom Yanto dugaanku ternyata benar bahwa dulu mereka punya hubungan “istimewa” walaupun tidak begitu jelas seberapa istimewanya.
Sebagai langkah ketiga, aku berusaha untuk ketemu langsung dengan Oom Yanto dengan menyampaikan bahwa aku banyak pertanyaan mengenai masa lalu Mamaku yang aku anggap Oom Yanto cukup banyak tahu. Aku katakan bahwa hal itu penting karena sekarang sedang ada masalah antara Mamaku dan Papa tiriku tentang masa lalu Mama. Tentu saja aku tegaskan bahwa aku hanya bisa membicarakannya saat berhadapan langsung dengan Oom Yanto.
Aku cukup kaget saat Oom Yanto tanpa keraguan sedikitpun bersedia menemui aku, bahkan saat kami mulai berkomunikasi di telepon untuk mengatur waktunya, nada suara Oom Yanto sama ramahnya dengan nada suara yang dulu sudah aku kenal. Oom Yanto juga menanyakan apakah pertemuan kami akan dilakukan di-public area atau di-private area. Pertanyaan ini sempat membuatku pusing karena kalau di private area aku masih kagok berduaan dengan Oom Yanto, tapi kalau benar ternyata Oom Yanto yang menghamili Mamaku maka sangat tidak bijak membicarakannya di public area.
Akhirnya aku memutuskan untuk bertemu di private area saja karena bagaimanapun akan menjadi lebih mudah bagiku untuk mengikuti perkembangan selanjutnya. Tempat yang akan dipakai untuk pertemuan kami adalah sebuah hotel berbintang di bilangan Mega Kuningan yang biasa Oom Yanto pakai menginap kalau sedang ada di Jakarta. Sedang waktunya aku memilih saat sedang jaga di rumah sakit, tetapi sebelumnya jadwalnya aku tukar dengan temanku sehingga orang tuaku tidak akan curiga kalau aku pulang larut malam karena kalau sedang berjaga kadang-kadang aku tidur di rumah sakit.
“Oom ini Karin, sekarang sudah sampai di loby hotel” Kataku saat menelon ke telepon genggamnya saat aku sudah sampai ke Hotelnya. Waktu saat itu menunjukkan pukul 14:05, sesuai dengan waktu yang telah kami sepakati karena aku adah kuliah pagi di RSCM.
“Okay … saya akan jemput kamu ke bawah karena untuk bisa naik lift ke kamar Oom harus memakai kunci kamarnya” Jawab Oom Yanto di teleponnya.
Dengan berdebar-debar aku berdiri di depan lift, memandangi pergerakan setiap lift dan orang yang keluar darinya. Tak lama kemudian Oom Yanto keluar, pempilannya sekarang sudah agak gemuk dengan rambut yang lebih tipis tetapi daya tarik lainnya masih sama. Terlihat dia sedikit celingak celinguk mencariku, karena memang kami hampir tidak pernah bertemu lagi selama 8 tahun. Aku segera menghampiri dan menyapanya terlebih dahulu yang disambutnya dengan hangat.
Setelah dia mencium pipi kiri dan kananku dia langsung mengajakku naik ke kamarku. Tiba-tiba aku dilanda perasaan aneh yaitu perasaan yang hampir sama seperti saat aku diajak oleh pacarku ke rumahnya yang sedang kosong untuk petting. Aku memang bilang ke pacarku bahwa aku hanya mau bercumbu dan petting di tempat-tempat yang bersuasana nyaman seperti rumah atau kamar hotel.
Saat itu kami melakukan petting dengan bertelanjang bulat seperti yang aku janjikan kepadanya kalau dia bisa punya kesempatannya.
Pacarku sempat memaksa ingin melakukan penetrasi, tapi aku menolaknya bukan karena aku tidak mau tapi aku mengingatkannya bahwa janjiku untuk kali ini adalah bersedia melakukan petting sambil bertelanjang bulat dan tidak lebih dari itu. Kalau dia ingin bersetubuh denganku maka harus cari waktu lagi dengan syarat yang aku tentukan kemudian. Aku selalu diajarkan Mama untuk selalu bisa mengendalikan laki-laki atau mereka akan mengendalikan kita. Tetapi ternyata ceritanya jadi lain kalau berhadapan dengan Oom Yanto.
Oom Yanto menyewa kamar suite, sehingga kami bisa mengobrol sambil duduk sofa dan kursi yang ada bukan di duduk ranjang seperti yang aku khawatirkan sebelumnya. Hal ini tentunya melegakan aku tapi tanpa aku sadari membuatku menjadi lebih lengah karena hal itu sebenarnya tidak menghilangkan kenyataan bahwa aku tetap berada di dalam kamar tidurnya Oom Yanto. Entah kenapa kami berdua sama-sama duduk di sofa walapun sebenarnya masih ada satu kursi lagi. Di sana juga sudah tersedia minuman dan makanan ringan untuk menemani obrolan kami.

Awalnya aku bercerita dengan lancar mengenai pertengkaran Mamaku dan Papa tiriku dan bagaimana aku menjadi terganggu karenanya. Oom Yanto juga mendengarkan ceritaku dengan seksama tanpa perubahan ekspresi sedikitpun. Tetapi kelancaran ceritaku tiba-tiba menjadi tersendat saat aku harus mengajukan pertanyaan inti dari tujuanku bertemu dia. Wajahku berubah menjadi sedikit kemerahan karena menahan campuran perasaan malu dan penasaran.
“Begini Oom … Karin ingin Tanya kepada Oom” Aku coba membukanya dengan kalimat netral.
“Sok atuh apa yang akan kamu tanyakan “ Jawab Oom Yanto.
“Ta…tapi Oom jangan marah Ya ?” Kataku mulai gugup.
“Marah kenapa dan ke siapa ?” Balas Oom Yanto.
“Marah ke Karin atau malah marah ke Mama, Karin sware bahwa Mama ga tau kedatangan Karin ke sini” Lanjutku sambil mengangkat dua jariku seperti janji pramuka.
“Oom janji tidak akan marah tanpa alasan yang benar-benar jelas” Jawabnya dengan ekspresi keheranan.
“Begini Oom …eeee…apakah …eh …begini…apakah O..Om yang menghamili Mama ?” Akhirnya pertanyaan itu terlepas juga.
Oom Yanto merenung sebentar kemudian matanya melihat kembali padaku dengan tetap tidak ada perubahan emosi yang drastis pada wajahnya.
“Apakah jawaban Oom sangat penting buat Karin ?” Dia malah sekarang balik bertanya
“Be..betul Oom, Karin sangat terganggu oleh pikiran itu sejak saat itu” jawabku sambil menunduk
Bersambung… Selingkuh Ternikmat Seranjang Dengan Mantan Pacar Ibuku Part – 2
***
Baca Juga :
- Cerita Dewasa Bergambar : Pengalaman Bersama Sri Gadis Desa
- Cerita Ngentot Bersambung : Kisah Keluarga Agak Laen – Part 1
- Cerita Panas : Menikmati Tubuh Montok Buk Melisa
- Cerita Sex 2024 : Janda Muda Beranak Satu
- Cerita Ngewe : Mesum Mesra di Tengah Hutan
- Cerita Dewasa Bibi : Berhubungan Sex dengan Calon Kakak Ipar
- Cerita Sex Bibi : Dokter Cintaku yang Merangsang
- Cerita Ngentot : Bermula dari Wawancara Kerja
- Cerita Sex Bersambung : Aku Pemuas Arisan Tante Girang Kesepian